Bukittinggi - Pada Sabtu (23/10/2021) pagi di Gedung Tri Arga Bukittinggi Fraksi PKS - MPR RI yang diwakili oleh nggota Komisi VII MPR RI Ir. Tifatul Sembiring mengadakan Seminar dengan tema "Bagaimana Orang Minang Mempratekkan Pancasila Dalam Kehidupan Sehari-Hari. Acara ini dihadiri juga oleh Gubernur Sumbar H. Mahyeldi Anshrullah, SP, Ketua BPIP RI Periode 2018 Prof. Yudi Latif, Budayawan Ranah Minang Yus Datuak Parpatiah, serta Wakil Walikota Bukittinggi Buya Haji Marfendi Maad Datuak Basa Balimo berperan sebagai moderator dalam acara ini.
Tifatul Sembiring menyatakan pada setiap sila Pancasila sejiwa dengan jiwa orang Minang.
Baca juga:
Kasal Resmikan Monumen KRI Nanggala-402
|
"Pada sila 1 ketuhanan yang Maha Esa. Orang Minang itu religius. Filosofinya Adat bersendikan Syariah dan Syariah bersendikan Kitabullah (adat basandi syarak dan syarak basandi kitabullah). Nafas kami Ketuhanan yang Maha Esa. Sila ke 2, kemanusiaan yang adil dan beradab. Orang Minang hidup dengan semangat keadilan "Barek samo di pikua ringan samo di jinjiang". Sila ke 3, Persatuan Indonesia. Di Sumatera Barat suasana sangat damai dan tentram. Pendatang diterima dengan baik. Dan ketika orang Minang merantau, mereka sangat pandai membaur. Karena orang Minang berprinsip "Dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung". Lalu pada sila ke 4, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Jauh sebelum Indonesia merdeka, sifat ini sudah berurat berakar dalam diri orang Minang. Karena orang Minang berprinsip: "Bulek aia dek pambuluah, bulek kato dek mupakaik". (Bulat air karena pembuluh, bulat kata karena mufakat). Dan pada sila ke 5, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Prinsip keadilan sosial ini sudah turun temurun dipraktekkan orang Minang : Mandapek sama balabo, kahilangan samo marugi, maukua samo panjang, mambilai samo laweh, baragiah samo banyak, manimbang samo barek, " tegas mantan Presiden PKS ini.
Buya Mahyeldi selaku Gubernur Sumatera Barat berterima kasih kepada Ir. Tifatul Sembiring meskipun Dapilnya berada di Sumatera Barat namun mempelopori acara di Bukittinggi Sumatera Barat. Serta Buya Mahyeldi juga mengungkap pentingnya Bukittinggi bagi sejarah bangsa ini.
"Kami mengapresiasi Bapak Tifatul yang meski Dapilnya berada di Sumatera Utara dapat mempelopori acara di Bukittinggi. Ketika terjadi Agresi Militer Belanda, Yogya jatuh ke tangan Belanda. Di sinilah (Di Gedung Tri Arga) ini diproklamirkan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI), " sebutnya.
Buya Haji Marfendi Maad Datuak Basa Balimo pun berterima kasih kepada Ir. Tifatul Sembiring yang telah memprakasai acara seminar ini.
"Kami mengapresiasi Bapak Tifatul yang memprakasai acara dengan tema "Bagaimana Orang Minang Mempratekkan Pancasila Dalam Kehidupan Sehari-Hari, " ucapnya.
Ketua BPIP 2018 Prof. Yudi Latif yang juga menjadi Kepala Kajian Pancasila Universitas Pancasila pun menyatakan tak perlu berlama-lama saya membahas orang Minang dan Pancasila karena memang orang Minang terlibat dalam mendirikan bangsa dan merumuskan Pancasila.
"Tentang peran orang minang mendirikan bangsa serta bahwa Pancasila mana lagi kalian dustakan karna orang minang penganut pancasila tidak perlu diragukan bahkan kepad negara ini sumbangsih orang minang banyak yang telah dipertaruhkan dari ranah minang untuk mendirikan bangsa melalui pergumulan cukup panjang, after all orang minang bisa diajak bicara mewujudkan demokrasi. Jadi orang Minang dan pancasila serta demokrasi tidak usah lagi kita diperdebatkan, " terangnya.
Budayawan Ranah Minang Yus Datuak Parpatiah mengungkap peran orang Minang dalam mendirikan bangsa dan peran anak-anak Minang dalam merumuskan negara dan dasar negara.
"Jika membaca sejarah bagaimana masyarakat Minang Kabau dahulu ikut berkontribusi dengan memberikan bantuan hartanya untuk tegaknya negara ini di awal kemerdekaan RI. Sebagai upaya membeli pesawat, maka dibentuklah Panitia Pusat Pengumpul Emas oleh Mohammad Hatta di Bukittinggi pada tanggal 27 September 1947.Para ibu-ibu di Bukittingi juga dari Padang, dengan sukarela memberikan emas mereka sehingga terkumpullah emas sebanyak 14 kg. Dengan emas ini terbelilah 2 buah pesawat Avro Anson yang kemudian diberi nama RI-003 dan RI-004. Pesawat RI-003 diterbangkan oleh komodor udara Halim Perdanakusumah dan jatuh di Tanjung Hantu Malaysia. Sedang RI-004 diterbangkan oleh pilot Sudaryono. Dan pesawat ini hancur ketika Lapangan Terbang Maguwo diserang oleh Belanda pada akhir 1948 dalam Agresi Militer II di Yogyakarta, " kata Budayawan Ranah Minang Yus Datuak Parpatiah.(*)